Pertama istilah ini saya kenal adalah dari Pak Tri Suharno,
Kepala Sekolah SMAN 3 Malang saat saya pertama masuk. Beliau selalu menanamkan
bahwa semua berawal dari pikiran kita. Pikiran akan menjadi kata-kata,
kata-kata menjadi perbuatan. Perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang
menjadi sebuah kebiasaan, dan kebiasaan tumbuh menjadi karakter yang akan
menentukan seperti apa hidup kita.
Singkatnya, kita akan menjadi seperti apa yang kita
pikirkan.
Hidup itu pilihan. Ya. Kita lah yang berhak menentukan, mau
dibikin susah atau gampang hidup ini. Dan semua itu berawal dari pandangan kita
terhadap suatu masalah.
Contoh paling sederhana dan dekat dengan kegiatan saya saat
ini adalah per-ujian-an. Saat udah mulai
bermunculan kertas-kertas tempelan di papan lab kimia dasar, fisika dasar, dan
matematika, banyak juga bermunculan berbagai macam ekspresi . A, AB, B, BC, C,
D, E. Sekali lagi, ini adalah pilihan kita. Mau memilih untuk tersenyum, atau
dibawa jadi stress.
Reaksi sebagian besar orang adalah kecewa. Ya, itu pasti.
Mungkin karena kita merasa telah berusaha secara maksimal tetapi hasilnya tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Alasan lebih jauh, adalah merasa akan
mengecewakan orang tua dengan hasil yang didapat. Merasa tidak adil karena
teman yang kerjaannya nyontek dan usahanya tidak sekeras kita tetapi nilainya
lebih tinggi? Merasa Tuhan tidak memberi apa yang kita inginkan? Atau merasa
akan gagal mencapai tujuan yang kita inginkan (prodi misalnya)?
Bagaimana jika pandangan tersebut kita ubah menjadi
“Alhamdulillah ada perbaikan nilai, kayaknya selanjutnya
bisa lebih baik lagi ni”;
Atau “Alhamdulillah Allah masi ngingetin untuk belajar lebih
rajin lagi”;
“Bakal ada kejutan apa ya dari Allah waktu pengumuman prodi
nanti?”
“Sekarang belum bisa banggain orang tua. Alhamdulillah masih
ada 3 tahun lagi kesempatan saya”
Dan ini yang wajib
“Bukan saatnya untuk mengeluh. Masih banyak orang di luar
sana yang ingin berada di posisi saya. Menyerah sekarang? Belum saatnya.”
Kadang mungkin kita terpaksa untuk berpandangan seperti
demikian, karena kita tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa kita memang
kecewa. Tapi percayalah, ketika kita memilih untuk berpikir positif, tindakan
yang kita lakukan pun secara otomatis akan terbawa ke arah yang positif.
Kembali lagi, manusia hanya bisa berusaha, Allah lah yang menentukan. Dan
percayalah selalu ada maksud dari Allah di setiap kejadian yang kita alami.
Ketika mengalami musibah, pasti akan datang suatu nikmat.
Itu adalah janji Allah, tidak ada alasan bagi kita untuk meragukannya. Yang
perlu kita lakukan adalah bersabar dan terus berusaha, karena kita tidak pernah
tahu kapan, bagaimana, dan dalam bentuk apa nikmat itu diberikan kepada kita.
Rajin-rajinlah bersyukur (karena sebenarnya banyak banget
yang bisa disyukuri kalau kita sadar dan peka). Perbanyak sedekah (sudah dicoba
dan terbukti), setidaknya akan membantu menenangkan hati kita karena kita
percaya bahwa Allah akan memberikan rezeki sebagai balasan sedekah kita.
Dan jangan pernah ragu untuk membuang pikiran-pikiran negatif
yang lebih cepat muncul daripada pikiran-pikiran positif.
Mulailah semua dengan mengubah cara pandang terhadap suatu
masalah.
Hidup adalah pilihan. Mungkin takdir memang tidak akan
berubah. Tapi proses dan pemaknaan kita terhadap takdir itulah yang akan
mengubah hidup kita.
Ketika kita berpikir kita tidak mampu, adalah sebuah nikmat
khusus ketika ternyata kita berhasil.
Tapi selama kita berpikir bahwa kita mampu, tidak ada alasan
bagi siapapun untuk menggagalkan kita, dengan syarat tadi, bersabarlah dan
terus berusaha.
Karena..
You are what you think you are.